Sudah dimuat dalam Website IGJ: http://www.igj.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=715&Itemid=168
SOM II APEC 2013:
“Upaya Meloloskan Paket Isu
KTM IX WTO Dalam Forum APEC”
Dalam
mempersiapkan pertemuan Pemimpin APEC pada Oktober 2013 di Bali, maka sejak 7
April 2013 tengah dilangsungkan pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) APEC
yang kedua di Surabaya. Puncaknya adalah Pertemuan Para Menteri Perdagangan
APEC (APEC Ministries Responsible for Trade/MRT) yang akan dilaksanakan pada 21
April 2013 dan dipimpin oleh Gita Wiryawan, Menteri Perdagangan Indonesia.
Dengan
mengusung tema “Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth”, maka dalam
pertemuan APEC MRT nanti tengah dipersiapkan beberapa hal yang akan dibahas. Nampaknya,
forum APEC MRT akan dimanfaatkan untuk semakin memperkuat dukungan
Negara-negara APEC terhadap agenda pembahasan dalam Konferensi Tingkat Menteri
(KTM) IX World Trade Organization (WTO) pada Desember 2013 nanti.
Agenda KTM IX WTO
yang akan didorong APEC nanti adalah terkait isu Fasilitasi Perdagangan.
Fasilitasi perdagangan merupakan kepentingan terbesar APEC, khususnya bagi
Negara-negara maju, dalam mewujudkan visi Bogor Goals yaitu inisiatif integrasi
kawasan di Asia Pasifik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan
rantai pasokan yang semakin efisien dan transparan. Selain itu, terhadap agenda
KTM IX WTO, APEC juga akan mendorong Agenda Pembangunan Doha sebagai bagian
dari isu penting WTO.
Konektivitas APEC & Pentingnya Fasilitasi
Perdagangan
Dalam situasi krisis ekonomi global yang hingga saat ini belum ada
resepnya, maka upaya penyelamatan pertumbuhan ekonomi di Negara-negara maju
masih menjadi agenda utama dalam seluruh momentum internasional. Dorongan
pencapaian Bogor Goals dalam APEC dengan mewujudkan pembangunan konektivitas di
kawasan Asia Pasifik pada tahun 2020 menjadi prioritas APEC 2013 ini guna
mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.
Agenda konektivitas APEC dijadikan salah satu strategi upaya
penyelamatan krisis Negara-negara maju. Dalam Laporan The World Bank Group
tahun 2012,
disebutkan bahwa investasi infrastruktur yang
bersifat jangka panjang dan berkelanjutan akan cukup efektif dalam mencapai high return on investment. Untuk itu
investasi infrastruktur dalam membangun integrasi kawasan dianggap sebagai
investasi yang tepat untuk mengeluarkan Negara-negara maju dari persoalan
krisis ekonomi hari ini.
Asian Development Bank (ADB) menyebutkan bahwa untuk memenuhi
pembangunan infrastruktur di kawasan Asia-Pasifik dibutuhkan investasi sebesar
US$ 8 Triliyun hingga 2020. Pembangunan
konektivitas melalui perbaikan seluruh sarana infrastruktur akan mempersingkat
waktu rantai pasokan barang dalam perdagangan. Laporan APEC menyebutkan, bahwa
setiap 10% perbaikan infrastruktur akan memberikan keuntungan sebesar US$ 21
Miliar dalam
perdagangan. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Oleh karena itu, untuk mencapai upaya-upaya ini, maka APEC, khususnya
Negara-negara maju, akan sangat serius dalam melihat isu fasilitasi perdagangan
sebagai strategi meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan ekspor
keberbagai tujuan Negara, khususnya kawasan Asia Pasifik.
Fasilitasi
Perdagangan Dan Paket Bali Dalam KTM IX WTO
Sepertinya
forum APEC akan digunakan Negara-negara maju sebagai strategi untuk mencapai
kesepakatan awal beberapa Negara dalam meloloskan isu Fasilitasi Perdagangan pada
KTM IX WTO nanti. Negara maju akan menggunakan KTM IX WTO nanti
sebagai momentum untuk segera menyudahi Agenda Pembangunan Doha yang dianggap
bukan sebagai bagian dari kepentingannya. Oleh karena itu, dengan selesainya
Putaran Doha maka akan terbuka kesempatan besar bagi Negara-negara maju untuk
mengembalikan perundingan WTO pada isu pembangunan yang digagas dalam Isu
Singapura tahun 1996.
Ada tiga agenda utama pembahasan dalam KTM IX WTO pada Desember 2013 di Bali nanti, atau disebut
juga dengan Paket Bali (Bali Packages).
Paket tersebut berisi kesepakatan tentang Fasilitasi Perdagangan, Paket LDCs, dan
Pertanian. Besarnya kepentingan Negara-negara maju terhadap
isu fasilitasi perdagangan, maka pencapaian kesepakatan dua isu lainnya dalam
Paket Bali akan ditukar dengan kesepakatan isu Fasilitasi Perdagangan.
Penukaran tersebut akan merugikan Negara berkembang dan terbelakang, mengingat
dampak buruk yang akan ditimbulkan dari fasilitasi perdagangan lebih besar
ketimbang keuntungan yang akan diterima.
Fasilitasi Perdagangan (Trade
facilitation) sendiri bertujuan untuk mempermudah akses
pasar ekspor-impor dengan memfasilitasi perdagangan melalui standarisasi
prosedur kepabeanan (customs procedures) yang memiliki komitmen implementasi
tinggi dari seluruh anggota WTO dan terikat sanksi. Fasilitasi Perdagangan
nantinya akan lebih memfasilitasi impor dari pada ekspor. Hal ini akan
berdampak pada peningkatan jumlah impor dan menghancurkan daya saing produk
lokal.
Selain itu, ketentuan perlakuan khusus dan berbeda (Special &
Differential Treatment) dalam Perjanjian Fasilitasi Perdagangan melalui
pemberian technical assistance (bantuan teknik) dan capacity building (peningkatan
kapasitas) oleh Negara-negara maju kepada Negara-negara berkembang dan
terbelakang, hanya akan memposisikan negara berkembang dan terbelakang pada
situasi yang tidak dapat memiliki posisi tawar selain melaksanakan
kewajiban-kewajiban yang telah diatur dalam Perjanjian Fasilitasi Perdagangan.
Oleh karena itu, kesuksesan Paket Bali di KTM IX WTO sebagaimana
yang diharapkan Pemerintah Indonesia tidak akan pernah menjadi kepentingan nasional seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu dalam Forum
APEC MRT nanti, Pemerintah Indonesia tidak perlu agresif untuk membahasnya.**@**
|
No comments:
Post a Comment